Tuesday, 3 November 2015

BARASUARA


Disaat video liriknya muncul, sebuah gincu kerancuan menghinggapi mata saya. Tercengang dengan konsepsi pembuatannya yang hanya memakai pena dan kertas disulap menjadi medio komoditi yang saya olah menjadi resensi, sebagai bentuk adiksi menggilai keseluruhan yang tertata rapi pada titik-titik visualnya.

Dibuka dengan petikan gitar ala kungfu Cina, dengan dekorasi satu potong lilin yang dikerudungi penutup lampu ublik yang mematung di sebuah meja. Sepasang tangan menghujamkan rayuannya dengan lembar-lembar lirikal dibuka secara tepat meniduri ucapan Iga, Asteriska dan Chitara. Kemudian menahan egosentrik saya untuk bercerita lebih mendalam.


Ketika media informasi dapat diperoleh secara radikal dan plural dengan memperkosa jaringan internet tanpa perlu memikirkan substansinya benar atau abal-abal, mendidik kita menjadi pribadi yang pintar berkomentar dan mendadak intelektual dengan kapasitas pas-pasan. Peluru, diidentifikasikan sebagai konotasi kata. Apabila sebuah kata meluncur bak peluru yang menembus jantung, tentu jantung itu akan berlubang dan menumbuhkan luka. Dan walaupun peluru itu dicabut tetap saja membekaskan luka, lagu ini hendak bercerita tentang adu mulut yang tak menghasilkan apa-apa. Kosong esensi seperti orasi para eksekutif di mimbar-mimbar politik yang meramu Undang-Undang Hukum Ketatanegaraan dengan dalih melindungi namun membubuhi bedak halus dekongestan yang ternyata mencekik sistem pernafasan.

Setiap aksara dituntut memiliki makna, juga sebuah buku dalam video ini yang bermakna untuk lestarinya sebuah bacaan berwujud fisik. Seakan menjadi propaganda positif agar tak melulu melihat informasi dari kutipan layar mini komputerisasi, yang dewasa ini buku tak dijadikan opsi sebagai wadah pengetahuan pola pikir. Buku terkikis pamornya semenjak e-book & pdf menginvasi pembaca setianya.

Ditutup dengan suara lembut Asteriska yang tak bisa mengelabuhi kornea saya untuk tetap melihat pendar lilin tetap menyala.


Profil Barasuara
Barasuara, band asal Ibukota ini terbentuk pada tahun 2011 dan akan mengeluarkan debut albumnya pada 16/10/2015 bertajuk Taifun. Sebuah penantian panjang dari segala peluh yang dihadapi dalam mengarungi belantara musikal di Indonesia, bahwa tidak gampang memiliki band dan mempresentasikannya dalam wujud album penuh. Kira-kira seperti itulah definisi Taifun, band ini tak ingin dicap sebagai musisi dengan genre statis. Sebagaimana yang dijelaskan dalam akun Facebook mereka, bahwa terlalu banyak unsur dalam pencapaian komposisi musikalitasnya yang menggabungkan nada-nada Afrika, Jepang, India, Inggris dan kemudian kembali ke Indonesia sebagai medium inspirasionalnya. Dengan tujuan musik mereka bisa lebih diterima seantero telinga dunia, namun tetap konsis dengan ciri identitas Indonesia itu sendiri. Karena menurut mereka pentingnya sebuah identitas maka sangatlah wajar jikalau semua daftar lagu di album Taifun ini berbahasa Indonesia semua, penekanan dalam lirik namun memiliki pembebasan dalam instrumentasi keseluruhan.

Berpesonilkan Iga Massardi (Vokal/Gitar), TJ Kusuma (Gitar), Gerald Situmorang (Bass), Marco Steffiano (Drum), Cabrini Asteriska (Vokal Latar 1) dan Puti Chitara (Vokal Latar 2). Jangan heran bila lirik-lirik buatan Iga terlihat seperti tumpukan sajak maupun syair, karena ayahnya adalah seorang penyair/sastrawan bernama Yudhistira Andi Noegraha Moelyana MassardiKemudian sang Bassis yang lebih dikenal sebagai seorang gitaris musik jazzy tahun lalu juga merilis album bersama Gerald Situmorang Trio Ankadiov Subran (bass), Jessilardus Mates (drums), Gerald Situmorang (guitars) -. Cabrini Asteriska bulan Agustus kemarin juga mengeluarkan Debutnya dengan tajuk Distance, yang dirilis label independen paling aktif saat ini Demajors. Dan yang terakhir album Sarsaparilla Dream milik Puti Chitara keluar lebih dulu pada bulan Maret tahun lalu, jadi sudah bisa dibayangkan bagaimana lengkapnya komposisi Barasuara dengan menampilkan musikus-musikus yang sudah bisa diakui lewat karya-karyanya.

Barasuara - Bahas Bahasa
Bahas Bahasa merupakan single pertama mereka yang sudah bisa kalian beli di iTunes, Sedangkan untuk materi pembuatan video liriknya dieksekusi secara berantai oleh Akhmad Aditya Reynanto dan Ario Kiswinar Teguh dari PEPA - people and art - (sebuah wirausaha sosial dibawah KOMUNITAS PECINTA KERTAS). KPK dibentuk oleh Ario Kiswinar Teguh pada tahun 2008 silam karena stagnan dirinya tentang sebuah gambar dan merasa membutuhkan media lain sebagai tempat untuk meluapkan ekspresi, dan konon kertas-kertas yang digunakan merupakan kertas bekas semua. Disutradarai oleh Iga sendiri dan Puti Chitara, dirilis oleh Juni Suara Kreasi - merupakan record label milik Raisa Andriana & Adryanto Pratono -.

Lirik Barasuara - Bahas Bahasa
***

O! Itu tak kau lihat tak kau ragu

Peluh dan peluru hujam memburu

Bahasamu bahas bahasanya

Lihat kau bicara dengan siapa

Lidah kian berlari tanpa henti

Tanpa disadari tak ada arti

Bahasamu bahas bahasanya

Lihat kau bicara dengan siapa

Makna – makna dalam aksara

Makna mana yang kita bela

Berlabuh lelahku

Di kelambu jiwamu

***



Eko Prasetya Nugraha [ Ozhu ToRemember ]

No comments:

Post a Comment